Yahya bin Aktsam bercerita bahwa, konon Amirul mukminin Arrasyid bertanya kepadanya:
ARRASYID : Derajat siapa yang paling tinggi di dunia ini ?
YAHYA : Yaitu yang saat ini engkau jabat wahai amirul mukmini. (maksudnya adalah derajat khalifah / raja / presiden).
ARRASYID : Tahukah engkau, derajat siapa yang lebih mulai dari pada kedudukanku ?
YAHYA : Tidak.
ARRASYID : Aku tahu, yaitu seseorang yang sedang berada di majelis ta`lim, ia mengatakan: Aku meriwayatkan hadits ini dari Polan, dan hadits itu juga dari Polan, yang di dalamnya terdapat kalimat Rasulullah SAW bersabda: Ini dan itu. (maksudnya adalah derajat para ulama).
YAHYA : Wahai Amirul mukminin, apakah orang semacam itu lebih mulia dari pada engkau, sedangkan engkau termasuk keturunan pamanda Nabi SAW, yang sekaligus menjabat sebagai khalifah bagi umat Islam?
ARRASYID : Ya benar sekali, sungguh celaka engkau ini. Ketahuilah, bahwa derajat para ulama itu adalah jauh lebih baik dari pada kedudukanku, karena namanya akan diabadikan bersama Rasulullah SAW yang tidak akan punah selamanya. Padahal orang seperti aku ini akan mati dan punah, sedangkan para ulama itu namanya akan abadi sepanjang masa.
Dialog di atas adalah apresiasi dari seorang Amirul mukminin Arrasyid kepada para ulama. Hal itu sesuai dengan ayat Alquran yang artinya : Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat. (QS. Almujadalah, 11).
Al Hafizh menjelaskan, ada ulama yang mengatakan tentang tafsir ayat di atas adalah : Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan. (Fathul Bari, 1/172).
Beliau juga meriwayatkan ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya, Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki. (QS. Yusuf, 76), Zaid bin Aslam mengatakan, Yaitu dengan sebab ilmu. (Fathul Bari, 1/172).
Berkata Amirul Mu`minin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu `anhu kepada Kumail bin Ziyad:
Wahai Kumail bin Ziyad, hati adalah wadah, maka hati yang paling baik adalah yang paling banyak menampung (kebaikan), hafalkanlah apa yang aku katakan kepadamu berikut ini:
Manusia ada tiga (golongan): alim rabbani (ulama), penuntut ilmu yang berada di atas jalan keselamatan, dan orang awam yang mengikuti setiap orang yang berteriak (seruan), mereka condong sesuai dengan arah angin (kemanapun diarahkan), tidak menerangi diri dengan cahaya ilmu, dan tidak berpegangan dengan pegangan yang kuat . Ilmu lebih baik dari pada harta:
-Ilmu menjagamu, sedang harta engkau yang menjaganya.
-Ilmu bertambah terus dengan diamalkan, sedangkan harta berkurang setiap kali diinfaqkan.
-Mencintai orang yang berilmu (ulama) bagian dari agama, terhitung cinta yang mendekatkan diri kepada Allah.
-Ilmu menjadikan orang yang memilikinya menjadi seorang yang ditaati semasa hidupnya dan akan disebut-sebut dengan kebaikan setelah matinya.
-Apa yang dihasilkan oleh harta akan hilang bersama kemusnahannya.
-Orang yang menumpuk harta, nama mereka mati sekalipun jasadnya dalam keadaan hidup, sedangkan nama para ulama akan tetap ada selamanya, sekalipun jasad mereka musnah, karena sifat-sifat keteladanan mereka tetap hidup di dalam hati-hati manusia.
(Wasiat Sayyidina Ali bin Abi Thalib, diriwayatkan oleh Abu Nu`aim Al-Ashfahaani dalam Hilyatul Auliya`, 1/79, dan Al-Khathib Al-Baghdady dalam Tarikh Baghdad, 6/379).
ARRASYID : Derajat siapa yang paling tinggi di dunia ini ?
YAHYA : Yaitu yang saat ini engkau jabat wahai amirul mukmini. (maksudnya adalah derajat khalifah / raja / presiden).
ARRASYID : Tahukah engkau, derajat siapa yang lebih mulai dari pada kedudukanku ?
YAHYA : Tidak.
ARRASYID : Aku tahu, yaitu seseorang yang sedang berada di majelis ta`lim, ia mengatakan: Aku meriwayatkan hadits ini dari Polan, dan hadits itu juga dari Polan, yang di dalamnya terdapat kalimat Rasulullah SAW bersabda: Ini dan itu. (maksudnya adalah derajat para ulama).
YAHYA : Wahai Amirul mukminin, apakah orang semacam itu lebih mulia dari pada engkau, sedangkan engkau termasuk keturunan pamanda Nabi SAW, yang sekaligus menjabat sebagai khalifah bagi umat Islam?
ARRASYID : Ya benar sekali, sungguh celaka engkau ini. Ketahuilah, bahwa derajat para ulama itu adalah jauh lebih baik dari pada kedudukanku, karena namanya akan diabadikan bersama Rasulullah SAW yang tidak akan punah selamanya. Padahal orang seperti aku ini akan mati dan punah, sedangkan para ulama itu namanya akan abadi sepanjang masa.
Dialog di atas adalah apresiasi dari seorang Amirul mukminin Arrasyid kepada para ulama. Hal itu sesuai dengan ayat Alquran yang artinya : Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat. (QS. Almujadalah, 11).
Al Hafizh menjelaskan, ada ulama yang mengatakan tentang tafsir ayat di atas adalah : Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan. (Fathul Bari, 1/172).
Beliau juga meriwayatkan ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya, Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki. (QS. Yusuf, 76), Zaid bin Aslam mengatakan, Yaitu dengan sebab ilmu. (Fathul Bari, 1/172).
Berkata Amirul Mu`minin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu `anhu kepada Kumail bin Ziyad:
Wahai Kumail bin Ziyad, hati adalah wadah, maka hati yang paling baik adalah yang paling banyak menampung (kebaikan), hafalkanlah apa yang aku katakan kepadamu berikut ini:
Manusia ada tiga (golongan): alim rabbani (ulama), penuntut ilmu yang berada di atas jalan keselamatan, dan orang awam yang mengikuti setiap orang yang berteriak (seruan), mereka condong sesuai dengan arah angin (kemanapun diarahkan), tidak menerangi diri dengan cahaya ilmu, dan tidak berpegangan dengan pegangan yang kuat . Ilmu lebih baik dari pada harta:
-Ilmu menjagamu, sedang harta engkau yang menjaganya.
-Ilmu bertambah terus dengan diamalkan, sedangkan harta berkurang setiap kali diinfaqkan.
-Mencintai orang yang berilmu (ulama) bagian dari agama, terhitung cinta yang mendekatkan diri kepada Allah.
-Ilmu menjadikan orang yang memilikinya menjadi seorang yang ditaati semasa hidupnya dan akan disebut-sebut dengan kebaikan setelah matinya.
-Apa yang dihasilkan oleh harta akan hilang bersama kemusnahannya.
-Orang yang menumpuk harta, nama mereka mati sekalipun jasadnya dalam keadaan hidup, sedangkan nama para ulama akan tetap ada selamanya, sekalipun jasad mereka musnah, karena sifat-sifat keteladanan mereka tetap hidup di dalam hati-hati manusia.
(Wasiat Sayyidina Ali bin Abi Thalib, diriwayatkan oleh Abu Nu`aim Al-Ashfahaani dalam Hilyatul Auliya`, 1/79, dan Al-Khathib Al-Baghdady dalam Tarikh Baghdad, 6/379).
Sumber:http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=423
No comments:
Write comments